A. PENGERTIAN
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
B. EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
Urutan tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah suku mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun. Diduga disebabkan karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997 hal 460). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
C. Tanda dan Gejala
Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain :
1. Gejala nasofaring
Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor)
2. Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)
3. Gangguan mata dan syaraf
Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral. Prognosis jelek bila sudah disertai destruksi tulang tengkorak.
4. Metastasis ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat.
Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun – tahun akan menjadi karsinoma nasofaring. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 147 -148).
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Nasofaringoskopi
b. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.
c. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
d. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.
e. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 148 - 149).
E. Penatalaksanaan Medis
a. Radioterapi merupakan pengobatan utama
b. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.
Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil. Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat “RADIOSENSITIZER”.
F. Pengkajian
a. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker payudara
b. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu.
c. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan).
d. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
e. Tanda dan gejala :
v Aktivitas
Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
v Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah, epistaksis/perdarahan hidung.
Integritas egov
Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.
v Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.
Makanan/cairanv
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit.
Neurosensoriv
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus
Nyeri/kenyamananv
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran
Pernapasanv
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan
v Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan, demam, ruam kulit.
Seksualitasv
Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan.
Interaksiv sosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
(Doenges, 2000)
H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi karingan saraf
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri .
Intervensi :
S Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi
Berikan tindakanS kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan.
DorongS penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.
Evaluasi penghilangan nyeri atauS kontrol
Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin,S metadon atau campuran narkotik.
2. Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor
Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi
Kriteria hasil : mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan
Intervensi :
TentukanS ketajaman penglihatan, apakah satu atau dua mata terlibat.
OrientasikanS pasien terhadap lingkungan
Observasi tanda-tanda dan gejalaS disorientasi
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kaburS
BicaraS dengan gerak mulut yang jelas
Bicara pada sisi telinga yang sehatS
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Melaporkan penurunan mual dan insidens§ muntah
Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat§
Menunjukkan turgor§ kulit normal dan membran mukosa yang lembab
Melaporkan tidak adanya§ penurunan berat badan tambahan
Intervensi :
Sesuaikan diet sebelum danS sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien
BerikanS dorongan higiene oral yang sering
Berikan antiemetik, sedatif danS kortikosteroid yang diresepkan
Pastikan hidrasi cairan yang adekuatS sebelum, selama dan setelah pemberian obat, kaji masukan dan haluaran.
S Pantau masukan makanan tiap hari.
Ukur TB, BB dan ketebalan kulit trisepS (pengukuran antropometri)
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori,S kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.
Kontrol faktor lingkungan (bauS dan panadangan yang tidak sedap dan kebisingan)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Menunjukkan suhu normal dan§ tanda-tanda vital normal
Tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi : edema§ setempat, eritema, nyeri.
Menunjukkan bunyi nafas normal, melakukan nafas§ dalam untuk menegah disfungsi dan infeksi respiratori
Intervensi :
KajiS pasienterhadap bukti adanya infeksi :
Periksa tanda vital, pantau jumlahS SDP, tempat masuknya patogen, demam, menggigil, perubahan respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih
TingkatkanS prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan pengunjung, batasi pengunjung yang mengalami infeksi.
Tekankan higiene personalS
Pantau suhuS
KajiS semua sistem (pernafasan, kulit, genitourinaria)
5. Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapi
Tujuan : integritas kulit tetap terjaga
Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan yang minimal pada kulit dan menghindari trauma pada area kulit yang sakit
Intervensi :
Kaji kulit dengan sering terhadapS efek samping kanker
Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabunS ringan
Hindari menggosok atau menggaruk areaS
Anjurkan pasien untukS menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali diijinkan dokter.
Hindarkan pakaian yang ketat pada aea tersebutS
Oleskan vitaminS A dan D pada area tersebut
Tinjau ulang efek samping dermatologis yangS dicurigai pada kemoterapi.
6. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral behubungan dengan efek samping agen kemoterapi radiasi
Tujuan : tidak terjadi gangguan pada membran mukosa
Kriteria hasil :
Menunjukkan mukosa oral§ yang bersih dan utuh
Tidak menunjukkan adanya ulserasi atau infeksi pada§ rongga mulut
Melaporkan tidak adanya nyeri, kesulitan menelan dan§ dehidrasi
Intervensi :
Kaji kesehatangigi dan hihiene oral secaraS periodik
Kaji rongga mulut tiap hari, perhatikan perubahan pada integritasS membran mukosa oral
Instruksikan mengenai perubahahn diet misalnya hindariS makanan panas atau pedas, anjurkan penggunaan sedotan, mencerna makanan lembut atau diblender.
Pantau dan jelaskan tanda-tanda tentang superinfeksiS oral
Mulai prSogram higiene oral : gunakan pencuci mulut dari salin hangat, larutan pelarut dari hidrogen peroksida, sikat dengan sikat gigi/benang gigi, pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir.
7. Gangguan harga diri berhubugan dengan efek samping radioterapi: kehilangan rambut
Tujuan : gangguan harga diri teratasi
Kriteria hasil : Mengungkapkan perubahan gaya hidup tentang perasaan tidak berdaya, putus asa
Intervensi :
TinjauS ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu
S Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker
Akui kesulitanS yang mungkin di alami
Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakanS oleh pasien /orang terdekat
Beri dukungan emosi untuk pasien/orang terdekatS selama tes diagnostik dan fase pengobatan
Gunakan sentuhan selamaS interaksi
8. Konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi
Tujuan : gangguan defekasi tidak terjadi
Kriteria hasil : Mempertahankan konsistensi atau pola defekasi umum
Intervensi :
Kaji bising usus, gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi.S
S Pantau masukan dna haluaran serta berat badan
Dorong masukan cairanS adekuat, peningkatan serat diet, latihan
Pastikan diet yang tepat; hindariS makanan tinggi lemak, makanan serat tinggi, kafein tinggi.
Periksa infeksiS bila tidak defekasi selama 3 hari atau distensi abdomen.
Berikan cairan IV,S agen antidiare, laksatif.
9. Resiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetik
Tujuan : perdarahan dapat teratasi
Kriteria hasil :
Tanda dan gejala perdarahan§ teridentifikasi
Tidak menunjukkan adanya darah feses, urin atau emesis§
§ Tidak menunjukkan perdarahan gusi
Intervensi :
Kaji terhadap potensialS perdarahan : pantau jumlah trombosit
Kaji terhadap perdarahan : petekhie,S penurunan Hb Ht, perdarahan dari orifisium tubuh
Instruksikan cara-caraS meminimalkan perdarahan : gunakan sikat gigi halus, hindari cairan pembilas mulut komersial, hindari makanan yang sulit dikunyah
Lakukan tindakanS meminimalkan perdarahan : hindari mengukur suhu rektal, hindari suntikan IM, lembabkan bibir dengan petrolatum, mempertahankan masukan cairan
GunakanS pelunak feses atau tingkatkan serat dalam diet.
(Doenges, 2000)
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
B. EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
Urutan tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah suku mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun. Diduga disebabkan karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997 hal 460). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
C. Tanda dan Gejala
Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain :
1. Gejala nasofaring
Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor)
2. Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)
3. Gangguan mata dan syaraf
Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral. Prognosis jelek bila sudah disertai destruksi tulang tengkorak.
4. Metastasis ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat.
Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun – tahun akan menjadi karsinoma nasofaring. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 147 -148).
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Nasofaringoskopi
b. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.
c. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
d. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.
e. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 148 - 149).
E. Penatalaksanaan Medis
a. Radioterapi merupakan pengobatan utama
b. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.
Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil. Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat “RADIOSENSITIZER”.
F. Pengkajian
a. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker payudara
b. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu.
c. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan).
d. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
e. Tanda dan gejala :
v Aktivitas
Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
v Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah, epistaksis/perdarahan hidung.
Integritas egov
Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.
v Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.
Makanan/cairanv
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit.
Neurosensoriv
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus
Nyeri/kenyamananv
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran
Pernapasanv
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan
v Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan, demam, ruam kulit.
Seksualitasv
Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan.
Interaksiv sosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
(Doenges, 2000)
H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi karingan saraf
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri .
Intervensi :
S Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi
Berikan tindakanS kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan.
DorongS penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.
Evaluasi penghilangan nyeri atauS kontrol
Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin,S metadon atau campuran narkotik.
2. Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor
Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi
Kriteria hasil : mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan
Intervensi :
TentukanS ketajaman penglihatan, apakah satu atau dua mata terlibat.
OrientasikanS pasien terhadap lingkungan
Observasi tanda-tanda dan gejalaS disorientasi
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kaburS
BicaraS dengan gerak mulut yang jelas
Bicara pada sisi telinga yang sehatS
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Melaporkan penurunan mual dan insidens§ muntah
Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat§
Menunjukkan turgor§ kulit normal dan membran mukosa yang lembab
Melaporkan tidak adanya§ penurunan berat badan tambahan
Intervensi :
Sesuaikan diet sebelum danS sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien
BerikanS dorongan higiene oral yang sering
Berikan antiemetik, sedatif danS kortikosteroid yang diresepkan
Pastikan hidrasi cairan yang adekuatS sebelum, selama dan setelah pemberian obat, kaji masukan dan haluaran.
S Pantau masukan makanan tiap hari.
Ukur TB, BB dan ketebalan kulit trisepS (pengukuran antropometri)
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori,S kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.
Kontrol faktor lingkungan (bauS dan panadangan yang tidak sedap dan kebisingan)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Menunjukkan suhu normal dan§ tanda-tanda vital normal
Tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi : edema§ setempat, eritema, nyeri.
Menunjukkan bunyi nafas normal, melakukan nafas§ dalam untuk menegah disfungsi dan infeksi respiratori
Intervensi :
KajiS pasienterhadap bukti adanya infeksi :
Periksa tanda vital, pantau jumlahS SDP, tempat masuknya patogen, demam, menggigil, perubahan respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih
TingkatkanS prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan pengunjung, batasi pengunjung yang mengalami infeksi.
Tekankan higiene personalS
Pantau suhuS
KajiS semua sistem (pernafasan, kulit, genitourinaria)
5. Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapi
Tujuan : integritas kulit tetap terjaga
Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan yang minimal pada kulit dan menghindari trauma pada area kulit yang sakit
Intervensi :
Kaji kulit dengan sering terhadapS efek samping kanker
Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabunS ringan
Hindari menggosok atau menggaruk areaS
Anjurkan pasien untukS menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali diijinkan dokter.
Hindarkan pakaian yang ketat pada aea tersebutS
Oleskan vitaminS A dan D pada area tersebut
Tinjau ulang efek samping dermatologis yangS dicurigai pada kemoterapi.
6. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral behubungan dengan efek samping agen kemoterapi radiasi
Tujuan : tidak terjadi gangguan pada membran mukosa
Kriteria hasil :
Menunjukkan mukosa oral§ yang bersih dan utuh
Tidak menunjukkan adanya ulserasi atau infeksi pada§ rongga mulut
Melaporkan tidak adanya nyeri, kesulitan menelan dan§ dehidrasi
Intervensi :
Kaji kesehatangigi dan hihiene oral secaraS periodik
Kaji rongga mulut tiap hari, perhatikan perubahan pada integritasS membran mukosa oral
Instruksikan mengenai perubahahn diet misalnya hindariS makanan panas atau pedas, anjurkan penggunaan sedotan, mencerna makanan lembut atau diblender.
Pantau dan jelaskan tanda-tanda tentang superinfeksiS oral
Mulai prSogram higiene oral : gunakan pencuci mulut dari salin hangat, larutan pelarut dari hidrogen peroksida, sikat dengan sikat gigi/benang gigi, pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir.
7. Gangguan harga diri berhubugan dengan efek samping radioterapi: kehilangan rambut
Tujuan : gangguan harga diri teratasi
Kriteria hasil : Mengungkapkan perubahan gaya hidup tentang perasaan tidak berdaya, putus asa
Intervensi :
TinjauS ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu
S Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker
Akui kesulitanS yang mungkin di alami
Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakanS oleh pasien /orang terdekat
Beri dukungan emosi untuk pasien/orang terdekatS selama tes diagnostik dan fase pengobatan
Gunakan sentuhan selamaS interaksi
8. Konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi
Tujuan : gangguan defekasi tidak terjadi
Kriteria hasil : Mempertahankan konsistensi atau pola defekasi umum
Intervensi :
Kaji bising usus, gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi.S
S Pantau masukan dna haluaran serta berat badan
Dorong masukan cairanS adekuat, peningkatan serat diet, latihan
Pastikan diet yang tepat; hindariS makanan tinggi lemak, makanan serat tinggi, kafein tinggi.
Periksa infeksiS bila tidak defekasi selama 3 hari atau distensi abdomen.
Berikan cairan IV,S agen antidiare, laksatif.
9. Resiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetik
Tujuan : perdarahan dapat teratasi
Kriteria hasil :
Tanda dan gejala perdarahan§ teridentifikasi
Tidak menunjukkan adanya darah feses, urin atau emesis§
§ Tidak menunjukkan perdarahan gusi
Intervensi :
Kaji terhadap potensialS perdarahan : pantau jumlah trombosit
Kaji terhadap perdarahan : petekhie,S penurunan Hb Ht, perdarahan dari orifisium tubuh
Instruksikan cara-caraS meminimalkan perdarahan : gunakan sikat gigi halus, hindari cairan pembilas mulut komersial, hindari makanan yang sulit dikunyah
Lakukan tindakanS meminimalkan perdarahan : hindari mengukur suhu rektal, hindari suntikan IM, lembabkan bibir dengan petrolatum, mempertahankan masukan cairan
GunakanS pelunak feses atau tingkatkan serat dalam diet.
(Doenges, 2000)
0 comments:
Posting Komentar