Mitos tersebut berkembang karena usus buntu memiliki muara yang dirancang sedemikian rupa, sehingga dianggap mudah dimasuki biji-bijian. Mitos pun berkembang bahwa muara itu merupakan gerbang masuknya sang biji ke dalam usus buntu. Setelah masuk, lama-lama mereka berjubel dalam leher usus buntu dan kalau sudah menumpuk kemudian mengeras maka radang pun tidak dapat dielakkan.
Akan tetapi, masyarakat melupakan satu hal yang bisa menjelaskan ketidakterkaitan antara biji-bijian dengan radang usus buntu. Usus buntu memiliki gerakan peristaltik, yaitu gerakan memompa ke atas bila ada benda-benda yang masuk ke tubuhnya. Setiap benda atau barang yang nyasar ke usus buntu langsung didorong kembali keluar.
Dengan adanya gerakan peristaltik tersebut membuat benda yang masuk ke usus buntu termasuk biji sulit bersemayam di dalamnya. Jadi adanya pendapat bahwa biji cabai atau biji jambu kelutuk sebagai biang radang usus buntu itu salah besar.
Menurut Dokter Spesialis Bedah, dr Utama SpB mengungkapkan penyebab penyakit radang usus buntu atau dalam istilah medis disebut appendicitis terdapat beberapa hal. Umumnya, penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Faktor pencetusnya yakni penyumbatan atau obstruksi pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja atau feces yang keras yang disebut fekalit. “Peradangan atau pembengkakan yang terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna pada usus buntu akibat adanya tekanan. Akhirnya usus buntu mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan. Kondisi tersebut menghasilkan nanah dan jika tidak segera ditangani maka akibatnya usus buntu akan pecah. Kemudian nanah tersebut yang berisi bakteri akan menyebar ke seluruh rongga perut. Dampak terburuknya infeksi akan semakin meluas, yakni infeksi dinding rongga perut,” ujar Utama saat ditemui Joglosemar, di ruang kerjanya, Selasa (1/2).
Ditambahkan Utama, tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh penderita radang usus buntu adalah rasa nyeri yang pada awalnya dirasakan di ulu hati. Kemudian rasa nyeri tersebut pindah ke perut kanan bawah. Selain itu, pada penderita radang usus buntu juga mengalami demam serta mual dan muntah. Kemudian nafsu makan akan menurun. Namun tidak semua penderita mengalami semua gejala tersebut. Bisa juga hanya ditunjukkan dengan meriang dan muntah-muntah.
Di sisi lain, dalam keadaan kronis, gejala yang timbul pada penderita penyakit usus buntu sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Sering juga disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah.
Utama memaparkan, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan dan mendiagnosis adanya penyakit radang usus buntu. Di antaranya yakni pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Untuk pemeriksaan fisik, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan rongga perut di mana dinding perut tampak mengencang. Pada perabaan di daerah perut kanan bawah, sering kali jika ditekan akan terasa nyeri dan jika tekanan dilepas rasa nyeri masih terasa. Sedangkan pemeriksaan fisik lainnya yakni dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat atau tungkai diangkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah.
Selain pemeriksaan fisik, penyakit radang usus buntu juga dapat dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium yakni dengan memeriksa darah. Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah peningkatan leukosit atau sel darah putih. Kemudian peningkatan juga terjadi pada neutrofil segmen dan CRP. “Namun untuk pemeriksaan laboratorium tersebut biasanya tidak khas untuk apendiks. Artinya, dari pemeriksaan fisik umumnya sudah dapat dipastikan menurut gejalanya juga. Pemeriksaan laboratorium untuk lebih memastikan,” papar Utama.
Pemeriksaan ketiga yaitu pemeriksaan radiologi. Dikatakan Dokter yang praktik di RS PKU Muhammadiyah Surakarta tersebut, pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi (USG). “USG cukup membantu dalam penegakan diagnosis appendisitis. Sementara untuk tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan. Dengan pemeriksaan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks,” tandasnya.
Namun, ditambahkan Utama, CT scan belum terlalu populer di kalangan masyarakat saat ini karena biaya operasionalnya yang tinggi. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah dengan cara appendicogram. Yakni pemeriksaan dengan meminumkan zat kontras kepada penderita, kemudian ditunggu selama 12 jam. “Jika zat kontras tidak masuk ke lumen, berarti terdiagnosa penderita radang usus buntu,” ujar Utama.
Sumber: http://harianjoglosemar.com/berita/biji-jambu-merah-penyebab-usus-buntu-35446.html
0 comments:
Posting Komentar