Minuman berenergi identik dengan minuman yang mampu memulihkan stamina tubuh dengan cepat. Maka dari itu, banyak orang mengonsumsi minuman tersebut guna mendongkrak energi mereka. Tidak jarang kebiasaan itu terbawa hingga bulan puasa ini. Untuk berbuka puasa, bagi sebagian orang langsung mengonsumsi minuman berenergi pun tidak asing lagi. Lalu bagaimana dampaknya bagi tubuh? Apakah minuman tonik atau minuman berenergi merupakan minuman baik untuk membuka puasa kita?
Ahli gizi RS PKU Muhammadiyah Surakarta, Sri Maryani, AMG, saat ditemui Joglosemar, Jumat (5/8), menuturkan, minuman berenergi apapun sangat berbahaya jika digunakan sebagai pembuka puasa. Pembuka puasa di sini adalah makanan atau minuman yang dikonsumsi pertama kali saat berbuka puasa. Menurut Sri Maryani yang akrab dipanggil Yani, 90 persen minuman berenergi terdiri dari air. Sedangkan 10 persen sisanya merupakan kombinasi dari zat yang dimasukkan sebagai zat doping di antaranya adalah pemanis buatan, gas CO2, pencita rasa, pewarna, asam fosfat, kafein dan beberapa mineral. “Yang menjadi masalah kemudian adalah seberapa besar kandungan kafein di dalam minuman berenergi tersebut? Memang setelah meminumnya, tubuh kita menjadi lebih bugar. Tapi kita juga harus tahu dampak ke depan” tuturnya.
Yani menambahkan, kandungan kafein yang ada dalam satu gelas minuman berenergi identik dengan kadar kafein pada lima gelas minuman kopi. Kemudian dapat dibayangkan bagaimana minuman berenergi mampu mendongkrak stamina. Kafein sendiri berfungsi sebagai pemacu sistem metabolisme dalam tubuh sehingga badan menjadi lebih segar. “Jika dikonsumsi terus-menerus setiap hari, tentu saja hal tersebut dapat merusak ginjal dan liver. Apalagi jika dikonsumsi pertama kali saat berbuka puasa. Selain kemudian hari memberi dampak pada ginjal, lambung pun harus ekstra keras bekerja untuk mencernanya setelah setengah hari penuh istirahat,” papar Yani.
Yani menambahkan, kandungan kafein yang ada dalam satu gelas minuman berenergi identik dengan kadar kafein pada lima gelas minuman kopi. Kemudian dapat dibayangkan bagaimana minuman berenergi mampu mendongkrak stamina. Kafein sendiri berfungsi sebagai pemacu sistem metabolisme dalam tubuh sehingga badan menjadi lebih segar. “Jika dikonsumsi terus-menerus setiap hari, tentu saja hal tersebut dapat merusak ginjal dan liver. Apalagi jika dikonsumsi pertama kali saat berbuka puasa. Selain kemudian hari memberi dampak pada ginjal, lambung pun harus ekstra keras bekerja untuk mencernanya setelah setengah hari penuh istirahat,” papar Yani.
Banyak minuman berenergi diiklankan secara bebas sebagai suplemen bernutrisi. Padahal di dalamnya juga mengandung stimulan seperti guarana yang dapat membahayakan tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Bahkan stimulan itu mampu menyebabkan kejang, stroke atau kematian. Selain itu, kadar gula buatan dalam minuman berenergi merupakan salah satu pemicu penyakit diabetes mellitus atau kencing manis.
Diimbuhkan Yani, bagi beberapa orang, minuman berenergi memiliki dampak negatif misalnya jantung berdebar-debar, mual, sulit tidur dan lainnya. Setiap orang bahkan memiliki respons yang berbeda-beda terhadap minuman tersebut. Bagi sebagian orang lagi, minuman berenergi malah bisa menyebabkan rasa lelah, pusing, gelisah atau sakit kepala parah. Minuman berenergi merupakan salah satu penyebab kasus gagal ginjal yang saat ini mulai merambah usia produktif. “Kebanyakan orang tidak menyadari kadar kafein yang dikandung minuman berenergi. Karena untuk keperluan promosi produk minuman berenergi juga disertai kandungan jus buah, vitamin B atau gingseng,” tandasnya.
Berbahaya
Bahkan hal yang lebih berbahaya lagi pada minuman berenergi yaitu satu gelas beberapa jenis minuman berenergi setara dengan sembilan kaleng soft drink. Maka dari itu, melihat betapa berbahayanya minuman berenergi, sebaiknya tidak diberikan pada anak kecil. Mengonsumsi minuman berenergi saat tidak puasa saja berbahaya, apalagi saat puasa. Disampaikan Yani, yang dibutuhkan tubuh saat berbuka puasa adalah cairan pengganti setelah sempat hilang selama setengah hari penuh. Pengganti cairan yang hilang seharusnya berfungsi sebagai pembersih dan pengisi kembali tubuh serta penyesuai tingkat kadar gula dalam darah. Untuk itu, disarankan minuman pembuka puasa pertama kali adalah satu gelas air putih. “Air putih tidak harus hangat atau dingin, yang penting air putih, kemudian bisa ditambah dengan tiga biji kurma sudah dapat menggantikan kebutuhan cairan dalam tubuh dan menyesuaikan kadar gula dalam darah. Setelah itu bisa mengonsumsi makanan atau minuman lain,” ujarnya.
Sementara itu, kurma merupakan makanan istimewa karena berkarbohidrat biasa serta berserat, tapi tidak akan melukai lambung. Dalam hal ini juga harus diperhatikan untuk memilih jenis kurma. Pilihlah kurma yang matang dan tidak diawetkan. Ciri kurma yang tidak diawetkan dapat dilihat dari bentuknya yang tidak lengket antara satu kurma dengan lainnya. Tiga biji kurma cukup untuk menggantikan kebutuhan gula yang hilang saat puasa, dan tidak diperoleh dari minuman berenergi.
“Ada banyak pilihan kurma, maka dari itu harus jeli memilih kurma yang tidak diawetkan. Karena biasanya, kurma yang diawetkan diberi gula tambahan sehingga khasiatnya berkurang. Kurma yang diawetkan biasanya lengket antara satu kurma dengan yang lain karena gula tambahannya,” tukas Yani.
Sumber : harianjoglosemar.com
0 comments:
Posting Komentar